Penulis, Nurdin. |
BERDASARKAN data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebuah badan yang berkompeten menginformasikan kepada masyarakat tentang fenomena alam yang terjadi yang dalam bahasa sederhananya perkiraan cuaca, menginformasikan bahwa saat ini telah memasuki musim hujan, puncaknya pada bulan Februari dan Maret.
Hujan adalah fenomena alam biasa, peristiwa di mana turunnya butir-butir air dari langit ke permukaan bumi. Hujan merupakan siklus rutin air di bumi (sungai, danau, samudera, dan sumber air lainnya) menjadi uap air yang naik pada ketinggian tertentu kemudian mengalami kondensasi hingga menjadi hujan. Demikian, kata guru saya.
Di sisi lain, hujan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang selalu menjadi pertanda baik tersendiri bagi seluruh makhluk yang ada di alam semesta, hujan juga bisa berarti sebuah kesempatan mendapatkan sumber air minum.
Akan tetapi, sebagian masyarakat merasa khawatir, was-was dengan datangnya musim hujan, utamanya bagi mereka yang kediamannya langganan banjir termasuk beberapa wilayah yang belakangan ini sering dilanda banjir.
Anggaplah, misalnya, Jalan Opu Tosappaile Kota Palopo yang pada tahun 1990-an bagaimanapun derasnya air hujan, tidak meluap hingga ke jalan raya tidak seperti yang disaksikan beberapa tahun belakangan ini. Lantas apa penyebabnya?
Tidak lain (mungkin) akibat ulah tangan-tangan manusia. Saluran air yang ditutupi sepanjang jalan itu tidak lagi mampu menampung debit air yang ada. Dahulu, saluran air cukup lebar dan cukup dalam kemudian pada bagian atasnya terbuka.
Sehingga saat terdapat potongan kayu yang hanyut dari hulu, dapat dengan mudah diketahui dan dilihat kemudian dibersihkan. Namun, setelah ditutup atau bahasa kerennya pedestarian, menjadi sempit dan dangkal akibat tumpahan cor belum lagi kayu-kayu penyangga yang mungkin lupa dibersihkan usai pengerjaan proyek.
Akhirnya pada setiap musim hujan, air meluap ke jalanan bahkan menggenangi rumah warga tidak terkecuali rumah dinas Polres Palopo. Proyek pedestarian itu terlihat indah tetapi di sisi lain menimbulkan dampak yang cukup merepotkan. Artinya, yang terlihat indah belum tentu baik.
Dalam konteks lain, hujan juga merupakan sindiran bagi mereka yang angkuh dengan kekuatan dan kekuasaannya, bahwa segala kemampuan dapat dikalahkan oleh sebuah gerakan air yang mungkin sebagian orang terlihat sepele.
Terakhir, hujan datang pada waktunya bukan pada atau sesuai keinginan kita, ketika dia turun tidak sesuai dengan keinginan kita, disitulah timbul perasaan resah, gelisah bahkan ketakutan meski sepenuhnya hujan akan membawa kebahagiaan bagi semuanya.
Untuk itu, bencana banjir atau air hujan yang meluap atau apalah namanya jangan pernah menyalahkan hujan dengan intensitasnya yang tinggi sebab itu ciptaan atau pemberian Tuhan, yang turunnya dengan takaran yang pasti dan tepat sehingga yang mesti disadari, bahwa mungkin ada yang salah dengan ulah tangan-tangan kita. (****)
- Penulis Adalah Dosen IAIN Palopo
Tidak ada komentar: