Penulis, Nurdin. |
SEORANG bijak pernah berkata, bahwa "Alam semesta dalam bekerja tidak pernah terburu-buru, tetapi akhirnya sampai juga pada tujuan." Misalnya saja, bumi mengelilingi matahari yang menurut al-Battani (pakar astronomi Irak) membutuhkan waktu 365 hari 5 jam 24 detik.
Jika sekiranya bumi mengelilingi matahari terburu-buru atau lebih cepat, sejam saja dari yang biasanya mungkin ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi ini akan kerepotan. Demikian halnya dalam menjalani kehidupan ini, tidak perlu terburu-buru karena boleh jadi kita kerepotan.
Demikian dikisahkan oleh guru saya, bahwa dalam sebuah kegiatan pendakian gunung, seorang yang karena merasa unggul dari rombongan dengannya. Ia mendahului kawannya yang lain dan tiba di puncak gunung lebih dahulu. Diapun segera dengan leluasa memandang ke sekelilingnya.
Sambil beristirahat menunggu kawan-kawannya, dia heran karena satu per satu kawannya membawa sesuatu yang indah dan cerita yang sungguh dia tidak sempat lihat dan temukan dalam perjalanannya.
Andai saja dia berjalan tidak terburu-buru, mungkin akan ada waktu baginya memerhatikan sekelilingnya, akan ada waktu menikmati keindahan sepanjang perjalanannya. Sayangnya, dia tergesa-gesa atau terburu-buru.
Nah, ibarat rombongan pemuda yang mendaki gunung itu, dalam kehidupan ini ada di antara kita yang terburu-buru atau tidak sabaran ingin segera sampai ke puncak sehingga melewatkan hal-hal yang indah, jika saja dia berjalan sambil menikmati pendakian.
Dalam kehidupan, setiap langkah yang terburu-buru dan tidak sabar untuk segera sampai di tujuan akan mengakibatkan terlalu banyak keindahan yang terlewatkan dan faktanya, memang kadang kita dihadapkan dengan orang-orang yang terkesan terburu-buru.
Seseorang, misalnya, usai menempuh pendidikan tertentu lalu ingin segera menduduki tempat yang strategis dalam suatu pekerjaan. Padahal, idealnya perlu melalui anak tangga dan titian secara bertahap, berjenjang atau apalah namanya.
Jadi jangan heran, ketika ada di antara kita yang tiba-tiba diam, salah tingkah atau apalah istilahnya. Mungkin, saat berjalan kaki menuju pendakian dengan kawan-kawannya. Oleh karena, merasa unggul, kuat, lalu mendahului yang lain sehingga dia tidak sempat menikmati keindahan sepanjang perjalanan.
Jadi, sangat bagus dan berkesan apabila meniti dan menata kehidupan ini cukup seperti berjalan kaki mendaki gunung kehidupan, santai saja, tidak perlu terburu-buru apalagi sampai harus ngos-ngosan sebab di sisi lain ketika terburu-buru sangat mudah kepeleset dan mungkin saja terjatuh. (****)
- Penulis Adalah Dosen IAIN Kota Palopo
Tidak ada komentar: