Penulis, Nurdin SH. |
BEBERAPA tahun silam, saya diberi sebuah buku oleh guru saya Dr Abbas Langaji M.Ag yang saat ini menjabat sebagai Rektor IAIN Palopo. Buku setebal 521 halaman itu, berjudul "Refleksi Merangkai Mozaik Yang Berserakan".
Buku tersebut bukan merupakan hadiah pertama melainkan yang kedua. Sebagai muridnya, selain sangat senang dengan hadiah itu, juga guru saya (mungkin) mengetahui, bahwa muridnya ini bukan hanya suka membaca tulisan-tulisannya.
Melainkan, juga senang dengan ceramah-ceramah agama yang dibawakannya, yang penyampaiannya memiliki ciri khas tersendiri singkat, padat dengan menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami.
"Gincu, Garam, Dan Susu" salah satu judul tulisan dalam buku itu, yang menurut saya dan bahkan boleh jadi Anda, menarik untuk dijadikan sebagai motivasi dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari.
Judul tulisan itu hanyalah perumpamaan yang sangat sederhana tentang style dan motif seseorang dalam bekerja. Di mana ketiga benda tersebut tidak asing, utamanya bagi Ibu-ibu dalam kesehariannya.
Gincu (lipstik) dengan berbagai warna dan merek yang digunakan di bibir; hanya orang yang tingkat kewarasannya rendah yang menggunakannya tidak di bibir. Meskipun dari merek yang mahal dan warna yang kinclong, yang menurut Ibu-ibu tidak ada rasanya.
Selain tidak berasa, gincu yang digunakan Ibu-ibu hanya dapat dilihat pada saat bercermin saja, selebihnya orang lainlah yang melihatnya, yang mungkin saja mencela atau sebaliknya, memuji pemakainya.
Sebaliknya garam, benda yang satu ini harganya murah dibanding gincu tetapi merupakan salah satu bahan masak utama, bahkan secerdas apapun ibu-ibu memasak tanpa dibumbui garam secukupnya, penikmat makanan itu boleh jadi mencelanya sebab rasanya hambar.
Hebatnya lagi garam, ketika digunakan larut dalam air sehingga tidak tampak, namun begitu makanan dicicipi maka akan terasa bahwa masakan tersebut menggunakan garam, meski tidak tampak.
Di antara gincu dan garam, ada susu (full cream) warnanya putih kekuningan bila dituangkan dalam segelas kopi hitam, maka bukan saja merubah warna kopi hitam menjadi kecoklatan tetapi efek rasa dan warna susu full cream menjadikan siapa saja yang memandangnya akan ngiler membayangkan nikmatnya segelas kopi susu.
Kue tertentu atau jenis makanan dan minuman tertentu akan semakin nikmat apabila ke dalamnya dituangkan susu full cream secukupnya. Nah, begitulah kira-kira perumpamaan seseorang dalam bekerja.
Boleh jadi, di antara kita ada yang beraktivitas menggunakan filosofi gincu, menonjolkan aspek performance dan formalitas bahkan popularitas dari suatu kegiatan, tidak penting isi dan substansinya, yang penting terlihat bagus, indah, dipuji dan lain-lain.
Sebaliknya, orang yang menganut filosofi garam aspek efek atau pengaruh dari pekerjaannya, boleh jadi tidak tampak atau bahkan tidak ketahuan tapi efek dari eksistensi dan kerjanya meski sedikit sangat terasa.
Perpaduan style gincu dan garam boleh jadi diwakili oleh susu full cream. Orang dengan style ini di dalam bekerja selain mengedepankan aspek performance dan formalitas dari pekerjaannya juga secara simultan menonjolkan rasa dan efek dari pekerjaannya.
Kepada kita dihadapkan pada pilihan antara Gincu, Garam, dan Susu full cream silahkan memilih, akan tetapi jangan sampai salah pilih; keindahan yang menjadi dambaan setiap insan hanya akan terwujud apabila pilihan dan keyakinan tetap dan mantap. (****)
Tidak ada komentar: