Nalfianti Tupu. |
*) Penulis adalah mahasiswa asal Rampi kuliah di Palopo
PESAWAT jenis cargo sebagai jasa tumpangan barang rute Masamba-Rampi lagi-lagi menimbulkan pertanyaan, peruntukannya kepada siapa? Bukankah tujuan dari adanya pesawat cargo ini adalah untuk mensejahterakan masyarakat di pelosok sana (Rampi)?
Jika demikian kenapa berbanding terbalik dengan realita di lapangan? Justru adanya pesawat cargo ini hanya menguntungkan segelintir orang saja (menurut apa yang saya lihat di lapangan) bukan untuk mensejahterakan masyarakat. Kenapa? Pertimbangannya seperti ini; barang yang diangkut oleh pesawat cargo setiap harinya seberat 1 ton atau sama dengan 1000 Kg (harusnya murni barang masyarakat). Realitas di lapangan 1 ton ini tidaklah murni barang masyarakat Rampi. Tetapi, yang lebih mendominasi adalah barang Perumda.
Barang dari masyarakat Rampi hanya diperbolehkan 200 Kg setiap harinya. Nah, ini yang menjadi dilematika masyarakat sekarang ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan.
Kenapa barang dari Perumda lebih mendominasi ketimbang barang masyarakat sementara peruntukan pesawat cargo ini sangat jelas untuk mensejahterakan masyarakat bukan untuk kesejahtraan segelintir orang saja.
Kenapa sampai sekrang tidak ada penjelasan dari stakeholder terkait hal tersebut?
Harusnya jika memang seperti itu terlebih dahulu ada penyampaian atau penjelasan kepada masyarakat dan harusnya meminta terlebih dahulu kesepakatan dari msyarakat terkait hal tersebut karena lagi-lagi saya tekankan peruntukan jasa pesawat cargo sangat jelas kepada Siapa.
Dengan ini menimbulkan juga pertanyaan apakah di rute penerbangan cargo Masamba-Rampi ada monopoli di dalamnya.
Saya tekankan agar pihak bandara Andi Djemma Masamba untuk memberikan penjelasan tentang peruntukan pesawat cargo yang sedang beroperasi hari ini.
Masyarakat Rampi sangat membutuhkan kemudahan untuk mengangkut barang mereka, sementara hari ini yang terjadi di lapangan berbanding terbalik dengan harapan masyarakat Rampi. (****)
Tidak ada komentar: