Bangsi Batti. |
Ketua Umum Ikatan Pelajar Mahasiswa Rampi (IPMR) Bangsi Batti, Selasa (13/3/2018), menyampaikan rasa keprihatinannya. "Untuk ke Masamba, siswa di Rampi harus menempuh perjalanan darat yang jauh. Bisa sehari semalam baru tiba di Masamba. Ada jalur udara menggunakan pesawat, tetapi ongkosnya mahal. Belum lagi jika pelajar tersebut, diantar orangtuanya menuju Masamba. Biaya perjalanan tentu akan berlipatganda," ujar Bangsi Batti.
Ia mengharapkan, Pemda Lutra ke depan tidak menutup mata atas kondisi itu. Peningkatan sarana-prasarana serta fasilitas pendidikan di Rampi harus ditingkatkan agar tidak menyulitkan warga Rampi dalam menyekolahkan anak-anaknya.
"Banyak kendala di Rampi. Tidak hanya sarana-prasarana pendidikan yang minim, tenaga guru pun kurang. Hal ini, tidak sesuai amanah UUD 1945 pasal 31, UU No: 2/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Nah, tugas pemda mesti memikirkan solusi meringankan warga Rampi memperoleh akses pendidikan yang layak," tuturnya.
Koordinator Humas IPMR, Gabriel Perutu, berharap kondisi miris itu tidak sampai berlarut-larut dan cepat diatasi pemda. Sebab, masa depan bangsa ditentukan kualitas generasinya. Kemajuan tidak akan datang, tanpa Sumber Daya Manusia (SDM) yang menunjang.
"Selama pelaksanaan UNBK di Masamba, siswa dan orangtuanya menanggung biaya besar khususnya biaya hidup sehari-hari selama hampir sebulan di sana. Untuk naik pesawat dari Rampi ke Masamba biaya yang dikeluarkan Rp700 ribu per orang, ongkos ojek Rampi ke Masamba jauh lebih mahal lagi, Rp1,6 juta. Mereka dapat menempuh jarak 81 Km dengan berjalan kaki, dengan lama waktu perjalanan tiga hari dua malam. Bisa dibayangkan, bagaimana kesulitan warga Rampi disaat-saat seperti ini," pungkasnya. (JHON LEE GEROSI)
Tidak ada komentar: