Dialog budaya yang digelar IPMIL di Gedung Mulo, Kota Makassar. |
"Tujuan supaya generasi-generasi sekarang ini, dapat mengetahui dan memahami sejarah daerahnya, serta khususnya memahami tentang sejarah berdirinya Kerajaan Luwu. Bidang studi Sejarah Luwu, bisa diajarkan ke siswa melalui pendidikan ekstrakurikuler," tukas bupati dua periode yang akrab disapa Cakka itu.
Sementara, Walikota Palopo, HM Judas Amir, yang diwakili Kabag Humas dan Protokoler Pemkot Palopo, Eka Sukmawati S.STP MM, terlebih dulu menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran walikota pada acara tersebut.
Eka Sukmawati, dalam materinya berjudul "Menjaga Nilai Budaya di Tengah Modernisasi Kota Palopo" menguraikan, kebudayaan merupakan salah satu kekayaan luar biasa yang dimiliki bangsa Indonesia.
"Kita patut bersyukur, negeri ini dianugerahi beragam suku, dan bangsa--, dengan ribuan kebudayaan yang dilahirkan mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote," papar Eka.
Sejalan tema kehiatan, Tana Luwu selain sebagai kerajaan tertua di Sulsel, sepanjang sejarahnya telah melewati rentang waktu panjang. Dimana, Kerajaan Luwu telah melahirkan kebudayaan sendiri.
"Sebagai warga Palopo, saya bangga Kerajaan Luwu berpusat/berkedudukan di Kota Palopo," beber mantan Camat Sendana ini.
Sementara, Sri Paduka Datu Luwu, H Andi Maradang Macklulau Opu To Bau SH, menjelaskan adat istiadat bagi Orang Luwu merupakan sikap dan tingkah laku baik, karena adat istiadat tidak lahir dari perilaku yang tidak baik. Soal lambang IPMIL menggunakan simbol payung, dinilai Sri Paduka Datu Luwu mirip lambang Kerajaan Luwu, makanya sudah menjadi keharusan bagi pelajar/mahasiswa Luwu yang tergabung dalam wadah IPMIL di seluruh Indonesia menjunjung tinggi Budaya Luwu.
Sekjen IPMIL Luwu Raya, Muh Suwarsono, berharap kegiatan ini dapat kontinyu digelar, kalau perlu dijadikan agenda rutin IPMIL. "Sampai kapan pun, IPMIL tidak pernah terpisahkan dan akan terus bersinergi dengan pemerintah membangun Luwu Raya," pekiknya. (HNR-TOM)
Tidak ada komentar: