Bupati Lutim, HM Thoriq Husler. |
Ia berharap, FPK mampu menjadi wadah perekat menyelesaikan berbagai persoalan sosial di masyarakat. Untuk itu, FPK mesti tanggap dan peka mengamati situasi lingkungan agar keharmonisan tetap terjalin erat serta tidak terganggu oleh gesekan-gesekan yang dapat memicu perselisihan antar warga.
Apalagi, letak geografis Lutim yang berada di perbatasan Sulteng dan Sultra, tentu tantangan dan ancaman yang dapat ditimbulkan sangat besar, apabila kondisi itu tidak mampu dicermati secara bijak.
Nah, FPK hendaknya menjadi garda terdepan menjawab dan mengelola tantangan dan ancaman itu sehingga kedamaian dan keharmonisan di Lutim senantiasa aman terjaga dengan baik di tengah warganya yang majemuk.
Selama ini, kerukunan hidup antar umat beragama, suku, ras, maupun golongan di Lutim terbina dengan baik sejak lama di daerah penghasil nikel terbesar itu. "Dibutuhkan kerja sama yang terpadu dari seluruh stakeholder meredam pemicu benturan antar warga," harap Thoriq Husler.
Intinya, sebut dia, jangan biarkan gesekan sekecil apapun terjadi di masyarakat. Setiap ancaman harus disikapi serius dengan penanganan kekeluargaan.
Di tempat yang sama, Kasi Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol-Linmas Lutim, Mustadir, menjelaskan tujuan rakor untuk mendiskusikan berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi FPK dalam menciptakan dan memelihara kerukunan antar etnis di Bumi Batara Guru. Dimana, rakor melibatkan tokoh-tokoh adat, masyarakat, dan elemen terkait lainnya. "Semoga ke depan, FPK mampu meminimalisir konflik SARA melalui forum dialog dan sosialisasi," kuncinya. (SULNAWIR)
Tidak ada komentar: